Wednesday, 6 March 2013

Filled Under:

pelik!! rituaal mandi air ludah





berumur ratusan tahun di India mengajar masyarakat Hindu kasta rendah untuk berguling di sisa makanan yang dibuang oleh kasta lebih tinggi. Hal itu dipercayai mereka dilakukan untuk menghilangkan penyakit. Yang unik, meski ritual ini telah ditentang oleh banyak pihak, masyarakat pelaku ritual ini tetap tak mau berhenti melakukan ritualnya. 
Ritual ini sendiri disebut  Made Snana  atau  Mandi Ludah , yakni ritual yang umum dilakukan di daerah Karnataka ketika perayaan rutin yang dilakukan di kuil berumur 4000 tahun Kukke Subramanya. Ritual ini juga dilakukan di kuil Sri Krishna di bandar udupi. 
                                                                                           
 
Sebagai sebahagian dari ritual kuno, para Dalit, sebutan untuk anggota kasta paling rendah, berguling melintasi sisa makanan yang dimakan para Brahmin, sebutan untuk orang dengan kasta lebih tinggi. Dengan bergulingnya mereka di sisa makanan tersebut, diyakini, semua kesusahan dan penyakit akan hilang dan disembuhkan.Festival rutin ini diikuti hingga 25,000 orang yang berguling di 'sisa makanan' para Brahmana. 
Sementara, di sisi lain, ada sebahagian Dalit yang tergabung dalam Pertubuhan Kebajikan Dalit, yang menganggap ritual ini tidak berperikemanusiaan dan tidak boleh diterima. Jika memang boleh menyembuhkan penyakit secara berkesan, seharusnya kerajaan pusat menutup rumah sakit dan lembaga kesihatan formal yang lain.


Sedangkan pihak yang memprotes lain menganggap tradisi ini tak berbeza jauh kejahatannya dengan tradisi sati dimana para janda dibakar saat pengebumian suaminya.Bahkan menteri social dan kesejahteaan, A. Narayanaswamy, yang juga seorang Dalit, mengatakan bahawa tak ada toleransi bagi ritual ini. Ia tak peduli kasta mana yang berguling atau kasta mana yang membuang makanan, ritual ini tetap menjadi sebuah hal yang sangat tidak ilmiah dan menjijikan. 
Penjelasan akan ritual aneh ini pun dijelaskan oleh salah satu pengikutnya, seorang ahli astrologi, Kabyadi Jayarama Acharva. Menurutnya, Snana tak ada hubungannya dengan pembahagian kasta. "Para Brahmin yang makan dianggap sebagai perwakilan dewa Subramanya, dan sisa mereka dianggap berkat dewa. Saya sendiri berguling snana saat umur 16 tahun dan penyakit kulit saya sembuh. 
Beberapa pihak meyakini bahawa ada kesan psikologi yang timbul ketika melakukan ritual ini sehingga menyebabkan keyakinan pada diri mereka dan membantu menyembuhkan penyakit atau bahkan menyelesaikan masalah yang mereka dapatkan. 
Sementara debat mengenai ritual ini terus berjalan, ternyata satu-satunya cara untuk mengehentikan ritual ini adalah dengan mengubah keyakinan para pengikutnya yang tentunya memerlukan masa lama untuk meyakininya. 

p/s adoi pe punyer bahalol 




1 comments:

Nuffnang Ads

Followers