Teks tersebut kini diterjemahkan oleh Roelof van den Broek dari Utrect University di Belanda. Terjemahan teks itu dibungkus dalam buku berjudul "Pseudo-Cyril of Jerusalem on the Life and the Passion of Christ" (Brill, 2013).
van den Broek mendedahkan beberapa kisah kontroversi penyaliban yang sama sekali berbeza dengan versi cerita Alkitab. Salah satunya tentang nabi Isa dan Pontius Pilatus, pendakwa yang menuntut penyaliban nabi Isa.
Dalam teks Mesir ini, Pontius Pilatus menawarkan pilihan pada Yesus. Jika nabi Isa bersedia, maka Pilatus akan menggantikan nabi Isa dengan anaknya sendiri. Dengan demikian, anak Pontius Pilatus-lah yang disalib.
Dalam teks, Pilatus mengatakan pada Yesus, "Lalu malam datang, terbit dan berlalu, dan kala pagi menjelang dan mempersalahkanku keranamu, aku akan memberikan kepada mereka satu-satunya puteraku sehingga mereka dapat membunuhnya untuk menggantikan tempatmu."
nabi Isa dikisahkan menolak tawaran tersebut. Ia mengatakan bahawa ia boleh saja melarikan diri jika mahu. Namun, Isa memilih menerima jalan hidupnya, akhirnya disalib, dan meninggal dunia pada hari yang disebut Jumaat Agung.
Dikisahkan pula bahawa Pilatus dan isterinya telah mendapat penglihatan yang berkaitan kematian Yesus. Mereka melihat helang terbunuh. Dalam gereja Koptik dan Habsyah, Pilatus dianggap sebagai seorang santo.
Fakta mengejutkan lain adalah tentang Jamuan Terakhir. Dalam Alkitab, Jamuan tersebut diadakan pada hari yang disebut Kamis Putih. Isa makan malam dengan murid-muridnya, sehari sebelum diri-Nya wafat disalib.
Versi berbeza muncul dalam teks Mesir ini. Isa tidak mengadakan Jamuan Terakhir pada hari Khamis, melainkan hari Selasa. Jamuan terakhir juga tidak dilakukan bersama murid-muridnya, tapi bersama Pontius Pilatus. Isa dibawa ke hadapan Caiaphas dan Herodes.
Teks pun mengungkap alasan Yudas Iskariot mencium Isa. Menurut teks itu, Isa kadang berubah wujud, kadang menjadi kemerahan, kadang menjadi putih gandum. Kadang menjadi tua, kadang menjadi muda. Ciuman Yudas membantu mengenalpasti.
Teks itu ditulis oleh seseorang bernama St. Cycril dari Yerusalem. Menurut van den Broek, Cycril tak benar-benar mempunyai gelar Santo. Cycril dalam awal teks juga mengatakan bahawa dirinya mencari buku berkaitan hidup dan mati Kristus. Namun, buku itu mungkin tidak benar-benar ada.
Van den Broek mendedahkan, di Mesir, Alkitab telah dikanonisasi pada abad keempat atau kelima Masehi. Namun, cerita simpang siur dan tidak benar tentang hidup dan mati Kristus tetap popular di kalangan penganut Kristian dan biarawan.
Van den Broek pun mengatakan bahawa penulis teks ini belum tentu juga percaya pada apa yang ditulisnya. "Orang pada masa itu walaupun berpendidikan, tapi tak mempunyai sikap kritis dalam sejarah. Keajaiban dipercayai dan mengapa cerita lalu harus benar?" katanya.
Teks ini pertama kali berada di Biara St. Michael di Mesir. Teks tersebut dikatakan merupakan hadiah dari Bapa Paulus, seorang biarawan. Teks sempat hilang ketika biara berhenti beroperasi pada abad 10, tetapi ditemui kembali tahun 1910. Kini, teks dipamerkan di Morgan Library and Museum di New York.
p/s ;- jom kita baca plak apa pandangan islam tentang penyaliban nabi isa;-
Kitab Al-Quran telah dengan tegas menyebutkan bahawa mereka tidak pernah membunuh nabi Isa, bahkan tidak pernah menyalibnya. Yang mereka bunuh atau mereka salib itu adalah orang yang lain yang diserupakan dengan wajah nabi Isa ‘alaihissalam.
Dan sebagai umat Qurani, kita wajib tersinggung dengan sikap yang dilakukan oleh saudara kita yang nasrani. Ini kerana mereka telah melakukan kebohongan yang teramat fatal, dengan mengatakan bahawa mereka telah membunuh atau menyalibnya.
Apalagi sampai ada cerita Nabi Isa berjalan di jalan dengan kawat berduri, memikul kayu salib, ditambahi dengan cerita penebusan dosa. Tentu saja semua cerita itu jelas bertentangan dengan kebenaran hakiki, baik menurut para ahli sejarah apalagi menurut Quran.
Di dalam Al-Quran, jelas-jelas disebutkan bahawa nabi Isa tidak pernah disalib oleh siapa pun. Dan juga beliau tidak pernah dibunuh.
dan kerana ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah “, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak yakin bahawa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. (QS. An-Nisa’: 157)
Ayat ini mengisyaratkan dengan tanpa ditutupi, bahawa semua itu hanya merupakan kebohongan, khayalan, imaginasi dan cerita nenek moyang yang tidak jelas asal-usulnya. Setidaknya tidak pernah terdapat jalur riwayat sanad yang shahih yang boleh dijadikan sandaran tentang kisah-kisah itu.
Kalau kita bandingkan dengan ilmu kritik hadits di dalam agama kita, riwayat tentang penyaliban nabi Isa itu ibarat hadits yang dhaif jiddan (lemah sangat), para perawinya bergelar akdzabunnas(manusia paling dusta) yang tidak akan pernah lulus di dalam pemilihan al-jarhu watta’dil. Bahkan sanadnya tidak nyambung, alian munqathi’ atau pun juga mursal.
Bahkan menurut para ahli hadits lainnya sudah boleh dikategorikan hadits maudhu’ (palsu). Dan dalam agama Islam, hadits palsu sudah pasti tertolak mentah-mentah, jangankan dipakai, ditengok pun tidak.
Tapi sayangnya, kerana saudara kita yang beragama nasrani itu memang tidak punya sistem kritik hadits seperti yang kita punya, makanya cerita-cerita dari berbagai versi habis memporak-porandakan sejarah agama mereka, bahkan sampai ke wilayah yang paling mendasar, yaitu masalah aqidah.
Maka setiap tahun ketika saudara-saudara kita memperingati hari wafat Isa almasih, kita sebagai muslim akan berbangga, kerana kita punya ilmu kritik hadits. Sehingga semua kisah, cerita atau periwayatan yang tidak jelas pertanggung-jawabnnya, tidak akan pernah boleh masuk ke dalam ajaran agama Islam.
Dan ilmu kritik hadits ini sudah membuktikan kepiawaiannya selama 14 abad ini untuk menjaga kemurnian agama ini dari beragam cerita hayal yang tidak jelas hujung pangkalnya. Dan tragedi ketidak-jelasan sumber adalah tragedi terbesar yang menimpa dua agama samawi, nasrani dan yahudi.
Namun sebagai muslim, kita tetap wajib menghormati apa yang menjadi keyakinan mereka. Kita dilarang mengganggu apa lagi menghalagi apa yang mereka lakukan. Namun yang namanya diskusi, dialog dan studi sejarah bukan bererti harus berhenti.
Setidaknya kita akan katakan bahawa silakan saja anda membuat beragam versi cerita, tapi saranana kami agar agama anda tidak ditinggalkan oleh pemeluknya, cubalah buat cerita yang punya pertanggung-jawapan ilmiyah. Sebab semakin jujur kita terhadap sejarah, maka akan semakin membuat orang yakin dengan kebenaran agama kita.
Sebaliknya, semakin kita tidak punya perhatian terhadap keaslian sejarah, maka orang-orang akan semakin meninggalkan apa yang kita dakwahi.
Lalu Siapa Yang Disalib
Al-Quran tidak secara tegas menyebutkan siapa yang disalib. Yang ditegaskan Al-Quran adalah bahawa yang disalib itu bukan nabi Isa ‘alaihissalam. Al-Quran menegaskan bahawa beliau telah diangkat ke sisi-Nya.
Tetapi Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa’: 158)
Maka ada berbagai riwayat tentang siapakah orang yang disalib itu. Sebahagian riwayat mengatakan bahawa yang disalib adalah murid nabi Isa yang paling mirip dengan beliau. Murid-murid beliau yang diriwayatkan berjumlah hanya 12 orang ini berebut untuk menjadi ganti, mengaku sebagai nabi Isa untuk melindungi guru mereka.
Tapi dalam riwayat yang lain, yang disalib adalah seorang yang bernama Yudas Eskariot, seorang yahudi yang diserupakan oleh Allah SWT menjadi mirip nabi Isa.
Dan ada sekian banyak versi lainnya. Tapi yang benar, yang pasti yang disalib atau dibunuh itu bukan nabi Isa ‘alaihissalam. Sehingga kepercayaan tentang penebusan dosa yang memang tidak dikenal dalam semua risalah agama samawi, jelas-jelas tidak menemukan relevannya.
Kepercayaan tentang penebusan dosa itu datang dari kepercayaan kuno bangsa Eropah, ketika agama ini kemudian dibawa ke sana. Atau dimasukkan oleh Paulus yang memang terlalu banyak mengubah agama ini menjadi sebuah agama baru, yang nyaris 100% terlepas dari agama aslinya yang Allah turunkan.
Bahkan seorang Micheal Hart yang bukan muslim sekali pun dengan tegas menyebutkan bahawa Paul (Paulus?) itulah sebenarnya pendiri agama Kristian dewasa ini, dan bukan nabi Isa. Kerana hal-hal mendasar dari agama itu di hari ini, sudah tidak ada lagi yang sama dengan yang dibawa oleh nabi Isa.
Dalam bukunya 100: A Ranking of the Most Influental Person in History, Michael Hart menuliskan:
“Pengaruh Paul dalam perkembangan Agama Nasrani dapat diukur dari tiga hal. Pertama, kejayaan besarnya dalam penyebaran agama. Kedua, tulisan-tulisannya yang menyusun bahagian-bahagian penting Perjanjian Baru. Ketiga, peranannya dalam hal pengembangan teologi Kristian.
Dari 27 buku Perjanjian Baru, tak kurang 14 dihubungkan dengan jasa Paul. Meskipun ilmuwan moden berpendapat 4 atau 5 buku dari 14 itu ditulis oleh orang lain, namun tak diragukan lagi bahawa Paul-lah orang terpenting secara peribadi menulis Perjanjian Baru.
Pengaruh Paul di bidang teologi Kristian betul-betul tak terperikan besarnya. Idea-idenya termasuk hal-hal sebagai berikut: Isa tidak cuma nabi tapi juga suci. Isa wafat demi dosa-dosa kita dan penderitaannya dapat membebaskan kita. Manusia tidak boleh melepaskan diri dari dosa-dosa hanya dengan mencuba melaksanakan perintah-perintah yang tertera dalam Injil, tapi hanya boleh dengan jalan menerima Isa sepenuh jiwa.
Sebaliknya, apabila manusia menerima dan percaya Isa, segala dosa-dosanya akan dimaafkan. Paul juga menjelaskan doktrin-doktrinnya mengenai dosa (lihat Romans 5: 12:19).”
Di dalam halaman lainnya, Micheal Hart menambahkan:
“Paul, lebih dari orang-orang lainnya, bertanggung jawab terhadap peralihan Agama Nasrani dari puak Yahudi menjadi agama besar dunia. Idea sentralnya tentang kesucian Isa dan pengakuan berdasar kepercayaan semata tetap merupakan dasar pemikiran Kristian sepanjang abad-abad berikutnya.”
Jadi, mari kita bangun dialog dan diskusi yang lebih ilmiyah, bukan sekadar iman secara buta, tetapi iman yang melek dengan realitas sejarah.
Wallahu ‘lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
sumber;-http://soaljawab.wordpress.com/2008/03/30/benarkah-nabi-isa-disalib/
0 comments:
Post a Comment