fuyo!! Ngerinya Tradisi Potong Jari Dan cuping Telinga, Tradisi UNIK suku Dani

Saat sedih ditinggal kerabat dekat, setiap orang punya cara yang berbeza untuk mengekspresikannya. Bagi orang suku Dani mereka akan memotong satu ruas jari atau cuping telinga. Bagaimana rasanya ya?

 Malam itu didapur kampung obia yang merupakan salah satu perkampungan suku Dani, saya bertemu dengan Yosina Logo, seorang perempuan suku Dani yang merupakan isteri pertama dari kepala suku di kampung itu. Tidak ada yang tahu pasti usia wanita yang matanya telah rabun akibat katarak ini, pun dirinya sendiri. Dia yang tengah duduk sendiri menghulurkan tangan untuk bersalaman, senyumnya merekah apabila kedua tangan kami saling berjabat. Tubuhnya yang hanya mengenakan jokal, anyaman kulit pokok yang membentuk rok, seakan telah terbiasa dengan suhu sejuk di Lembah Baliem

. Perbincangan kami yang dibantu oleh Sakeus Dabi sebagai penterjemah, menjelajah mulai dari kisah hidupnya sebagai isteri kepala suku hingga kebanggaannya akan lahan serta babi-babi peliharaannya. Saya tak faham satu pun kalimat dalam bahasa Dani, tapi keterbukaan serta semangat Yosina saat bercerita melintas jauh batasan bahasa

. Mampu membuat saya ikut merasakan dan tersenyum apabila mendengar ceritanya. Perbincangan kami semakin rancak dari satu topik ke topik yang lain. Hingga akhirnya dia bercerita akan sebuah tradisi kuno dari masyarakat suku Dani yang cukup membuat saya menggigil. Iki palek, sebuah tradisi memotong ruas jari sebagai tanda berkabung. Diterangi cahaya senter dan bara api sisa makan malamnya, Yosina menunjukkan kepada saya kedua-dua belah tangannya. 

 Keempat ruas jari di tangan kirinya telah berkurang menyisakan satu ibu jari yang masih utuh. Ruas jari tangan kanan Yosina juga telah berkurangan. Ã ¢ â? ¬ Å? Ruas jari saya dipotong apabila orang tua dan kerabat dekat saya meninggal, Ã ¢ â? ¬ Â? ujar Sakeus Dabi yang mengutip dan menterjemahkan perkataan Yosina. Dengan semangat, Yosina kemudian menjelaskan kepada siapa saja ruas jarinya dikorbankan, mulai dari orang tua, saudara, datuk dan neneknya. Iki palek menjadi sebuah tradisi kuno yang dilakukan para wanita suku Dani sebagai tanda duka cita. Ruas jari mereka akan dipotong dengan kapak batu oleh orang terdekat. Bagi Yosina, sang suami yang juga ketua suku-lah yang mendapat kehormatan untuk memotong ruas jarinya. Setelah dipotong, ruas jari akan dibaluri ubat-ubatan tradisional untuk menyembuhkan lukanya. Walau ruas jarinya telah berkurangan, ini tidak membuat Yosina menghadapi keterbatasan dalam aktiviti-aktiviti. 

Di usianya yang telah senja, dia tetap semangat mengolah kebun untuk menanam ubi serta keladi bagi pengambilan keluarga serta babi-babinya. Rupanya pengorbanan dan tanda belasungkawa ala suku Dani bukan hanya Iki palek saja. Yosina membalik tubuh dan menunjukkan daun telinga kanannya yang sebahagian kecil telah terpotong. Kembali lagi saya dibuat bergidik oleh tradisi lain yang mereka sebut sebagai Nasu palek ini. Mungkin bagi orang luar, hal ini nampaknya sangat esktrem. Tapi bagi orang Dani, ini adalah bentuk penghormatan dan tanda belasungkawa yang terdalam. Kesedihan akan kehilangan mungkin hanya dapat ditutupi oleh luka, berharap waktu dapat menyembuhkan kedua-duanya. Seiring zaman, tradisi ini telah ditinggalkan dan tidak lagi dipraktikkan. Tapi kita masih boleh menemui wanita suku Dani yang pernah menjalani ritual ini. Yosina Logo adalah salah satunya. 


sumber :
edited by zamrispoon.blogspot.com