Wang dilahir di Provinsi Guizhou Selatan, anak dari seorang pedagang garam. Ia dibesarkan dengan melihat pakcik-2 dan lelaki lain yang memarahi dan memukuli isterinya. Inilah yang membuatnya takut menikah.
“Menikah terlalu menakutkan,” ujar Wang seperti dikutip MyZimbabwe. “Saya sering melihat isteri pakcik saudara saya menangis di gudang kayu setelah disiksa”. “Semua orang menikah yang ada di sekitar saya hidup seperti itu”.
Demi menemukan suami, Wang meminta bantuan anak-anak saudaranya mencari jodoh dari yang termuda hingga yang berusia 60 tahun. Ada beberapa syarat agar boleh menjadi suami Wang. Pertama, Wang tak mencari cinta yang singkat. Ia mencari suami yang boleh berbicara dan tahu tentang daerah asalnya.
Kedua, Wang menginginkan pria yang boleh membantunya mengurus dirinya dan melakukan tugas-tugasnya di dapur kerana pada usia 102 tahun kakinya patah dan berhenti melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci pakaian.
Setelah ayahnya meninggal, Wang ditinggal ibu dan kakaknya yang juga meninggal dunia. Saat itu, Wang masih fobia dari pernikahan dan pindah ke pendalaman menjadi petani. Pada usianya yang ke 74 tahun, Wang sudah tak kuat lagi bekerja di ladang.
Sekarang Wang sudah memutuskan melupakan masa lalunya dan siap dinikahi. Ia berharap menemukan seorang lelaki yang juga seusia dangannya (manusia yang berusia 100 tahun lebih) sehingga boleh diajak bicara.
Keputusannya untuk menikah kerana ia khuatir bakal menjadi beban bagi anak-2 saudaranya. Terutama ketika ia harus berhenti dari semua pekerjaan rumah tangga sejak kakinya patah.
“Anak-anak saudar saya semakin tua dan anak-anaknya sudah berkeluarga sendiri. Saya menjadi beban. Saya sudah 107 tahun dan masih belum bernikah. Apa yang akan terjadi jika saya tak bergegas menemukan seorang suami?” katanyanya..sumber
0 comments:
Post a Comment